Grebeg Sudiro adalah suatu perayaan perpaduan dari masyarakat Tionghoa-Jawa. Asal muasal kata grebeg dari tradisi khas jawa untuk menyambut hari-hari khusus seperti: Mulud (kelahiran Nabi Muhammad), Syawal (lebaran), Idul Adha, Suro (Tahun Baru Jawa). Nah dalam karnaval Grebeg Sudiro ini dikirab gunungan hasil bumi, makanan dan lain-lain. Saat finish hasil bumi dan makanan ini akan diperebutkan oleh pengunjung yang hadir. Tradisi rebutan sendiri didasari oleh falsafah Jawa ora babah ora mamah yang artinya, jika tidak berusaha tidak makan. Sedangkan, bentuk gunung memiliki maksud dari masyarakat jawa atas rasa syukur pada sang pencipta.
Selain hasil bumi, dalam Grebeg Sudiro gunungan yang berasal dari ribuan kue keranjang, kue khas orang tionghoa saat menyambut imlek juga turut diarak. Gunungan ini diarak di rute karnaval sepanjang sekitar 4 km melewati Jl. Jendral Sudirman – Jl. Mayor Sunaryo – Jl. Kapten Mulyadi – Jl. RE Martadinata – Jl. Cut Nyak Dien – Jl. Ir Juanda – Jl. Urip Sumoharjo – dan kembali finis di Pasar Gede. Kirab Grebeg Sudiro diikuti diikuti group kesenian dari kesenian Tionghoa dan Jawa mulai dari barongsai, lion, reog, tarian, pakaian tradisional, adat keraton sampai kesenian kontemporer. Perayaan Grebeg Sudiro diakhiri dengan menyalakan lentera atau lampion berbentuk teko yang digantung di atas pintu gerbang Pasar Gede, penyalaan ini juga akan diikuti penyalaan lampion ditempat-tempat lain.
Berikut video kemeriahan Grebeg Sudiro 2016 yang digelar pada 31 Januari 2016 kemarin di kawasan pasar Gede kota Solo :
keren ya, akulturasi budaya dimungkinkan karena budaya2 itu sudah menyatu bertahun-tahun
betul memang sudah lama sekali keturunan Tionghoa tinggal di Sudiroprajan
Liputan tentang Grebeg Sudiro, sungguh keren mas Dimas!
Kapan-kapan nulis event budaya sejenis di blog-ku dong mas ..
He he … kalau tak keberatan sih
Ini liputan sederhana kok mas 😊
wah sayang ya vlognya ga ada suara keterangannya hanya latar musiknya saja ka
@guru5seni8
http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com