Kiat Sukses Pengusaha Tionghoa
Etnis Tionghoa bagi masyarakat pribumi pada umumnya dianggap sebagai etnis yang paling sukses dalam membangun bisnis. Hal ini tak lain karena masyarakat melihat bisnis warga Tionghoa di Indonesia senantiasa berkembang dengan pesat. Namun benarkah bahwa mereka hanya mengandalkan jaringan antar warga Tionghoa dan warisan orang tua. Hal ini dibantah dengan tegas oleh, pengusaha Solo dari Etnis Tionghoa.
“Etnis Tionghoa secara umum menjalankan bisnis perdagangan, karena memang sejak kecil kami sudah diajari cara berdagang. Menurut kami dengan berdagang akan mampu mengangkat taraf hidup. Namun selain itu kami juga senantiasa memegang keyakinan bahwa kami akan berhasil. Serta yang juga penting menurut kami adalah tidak jenuh dengan bidang yang telah kami ambil” Ungkap Tan Jang Sien saat berbagi kiat bisnis pengusaha Tionghoa dengan pengusaha muslim di kota Solo.
“Kami tidak suka menunggu peluang, karena peluang itu datangnya seperti angin. Jadi, setiap peluang yang datang akan segera kami ambil, karena kalau tidak cepat jalannya seperti angin yang akan segera meninggalkan kita”
Pengusaha Muslim yang memiliki nama Indonesia Rudiansyah ini bercerita awal mula usahanya di garmen yang pada awal usaha hanya memiliki dua mesin jahit dan obras, namun berkat ketekunannya dalam waktu kurang lebih satu tahun telah bertambah menjadi 40 mesin. Bisnisnya ini tak lepas dari apa yang menjadi kebiasaan yang diajarkan orang tuanya untuk membantu berdagang di pasar klewer saat itu.
Tan Jang Sien memberikan nasehat agar senantiasa menjaga hubungan dengan pelanggan. “Pedagang tidak takut kehilangan pekerjaan kecuali menjaga pelanggan dan jaringan. Karena keberhasilan usaha adalah karena memiliki kepercayaan dimata konsumen dan jaringan bisnisnya. Selama itu dijaga, maka kita tak akan kehilangan pekerjaaan dan usaha kita” ujarnya pengusaha properti dan elektronik ini. Tan Jang Sien juga berpesan agar pengusaha selalu mengikuti perkembangan pasar, apa yang saat ini menjadi trend.
“Gagal atau ditipu orang itu adalah bagian dari perjalanan sukses pengusaha. Saya sendiri akhirnya menutup toko garmen yang telah beroperasi sejak 1992 hingga 2000 Selain itu karena terkena imbas masuknya produk dari Cina. Pengusaha itu jangan takut gagal karena pengusaha gagal dan tertipu itu pasti, tapi tidak akan masuk kejarum yang sama. Justru kita harus takut kalau kita tidak berani mulai melangkah“ ujar pengusaha jebolan teknik sipil UGM ini.
Tan Jang Sien juga menyarankan untuk merangkul usaha sejenis, menurutnya persaingan itu wajar terjadi. Justru dengan merangkul usaha sejenis akan mampu bersama-sama meningkatkan potensi pasar. “Jangan takut bersaing. Bersaing itu akan meningkatkan pangsa pasar. Yang penting adalah tetap menjaga kualitas dan pelayanan kita”
Dibagian lain, pemilik ayam Bakar Wong Solo, Puspo Wardoyo menayakan bahwa saat ini kepercayaan dan jaringan adalah hal penting untuk membangun usaha. Ketua Assosiasi Waralaba Indonesia ini menuturkan, Ayam Bakar Wong Solo adalah salah satu contoh sukses bisnis yang menggunakan pola pengembangan dengan memanfaatkan jaringan mitra. Namun, Puspo kembali mengingatkan untuk tidak terlalu tergesa-gesa mengembangkan pola waralaba. “Namun jika brand-nya belum kuat lebih baik jangan mem-franchise-kan dulu. Jika bisnis sudah benar-benar mapan dan memiliki brand bagus baru memikirkan untuk membuka cabang. Wong Solo adalah contoh sukses sistem jaringan, karena dari sekian gerai Wong Solo hanya 16 gerai yang jadi milik saya, sisanya adalah milik orang lain dengan pola kerjasama”.
Selain itu, pengusaha yang juga pelopor berdirinya Masyarakat Poligami Indonesia ini mengingatkan pengusaha untuk cermat dalam memilih bisnis. “Saya menyarankan jika mengawali usaha modalnya jangan lebih dari 200 juta, karena memang selain persaingannya sudah ketat, juga untuk tes pasar”. Wong Solo sendiri, kata Puspo akan kembali ke segmen menengah ke bawah, dengan setting tempat seperti tenda hal ini dengan alasan karena untuk segmen menengah ke atas sudah banyak pemainnya, sementara segmen menengah kebawah masih cukup terbuka.
Yang cukup unik dari perjalanan bisnis Puspo adalah konsistensinya untuk berbagi kepada sesama dengan jalan mengeluarkan zakat “Sejak dahulu sebelum saya berhasil, saya selalu mengeluarkan zakat. Nilainya bukan 2,5 persen, namun 10 persen. Dan ini saya jalankan dengan konsisten bahkan saat saya miskin atau rugi sekalipun”.
Menurut Puspo, sembilan dari sepuluh pintu rejeki itu adalah jual beli. Siapa yang sukses, orang yang sukses adalah orang yang khusuk sholatnya, sehigga dalam bekerja pun ia akan sukses. Bekerja itu bagian dari jihad. Berusaha dan bekerjasama itu nilainya paling tinggi, untuk itu sudah sepantasnya dalam berusaha pengusaha itu saling kekerjasama. (Suyatno)
waah, perlu dicontoh konsepnya serta.
Salam silaturahmi dari kami Resto Waralaba Bebek Goreng Abah Ndut
sukses
Perombakan kabinet? Mutlak penting. Bayangkan, seorang menteri diangkat hanya karena dulu suka demo dan sok aksi di depan Kedubes Amerika memanfaatkan isu laris-manis yaitu Palestina-Israel. Padahal itu hanya untuk mendapat kursi menteri atau persentase perolehan dalam pemilu. Itu permainan mudah dibaca dari PKS. Kini terbukti sudah bahwa Tifatul Sembiring tidak kapabel. Semua orang tahu pasti dan harusnya dia sudah di-reshuffle sejak dulu. SBY sendiri sejak dulu sudah di atas angin, dia menang hampir mutlak pada pemilu 2009. Tapi SBY takut tanpa alasan, dengan memutuskan membuat “jaring pengaman” tak perlu yaitu koalisi bersama PKS dan Golkar. Sekarang dia baru tahu. Tidak selalu yang kelihatan ganteng itu mampu. Harusnya SBY punya filosofi duren-manggis. Walaupun dari luar tidak cantik/ganteng, tapi bagus/berkemampuan.
?