Karena Berbagi Tak Pernah Rugi

Wisata Belanja dan Sejarah di Kampung Batik Laweyan

3 869

Bagi anda yang menginginkan busana dengan ciri khas batik Solo atau anda ingin memberikan oleh-oleh bagi kerabat jauh yang akan anda kunjungi, mengapa tak mencoba menyempatkan diri singgah ke Kampung Batik Laweyan. Kampung wisata belanja ini terletak di kawasan paling barat Kota Solo.

Kampung Batik Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546 M dan mencapai kejayaan pada era 1970an. Karya seni tradisional batik terus ditekuni masyarakat Laweyan sampai sekarang. Suasana kegiatan membatik di Laweyan tempo dulu banyak didominasi oleh keberadaan para juragan batik sebagai pemilik usaha batik. Jika kita berkunjung kesana, kita dapat melihat sendiri proses pembuatan batik, tentunya ini pengalaman yang tidak akan kita dapatkan di toko atau butik di tempat lain.

Salah satu Showroom di Kampung Batik Laweyan
Salah satu Showroom di Kampung Batik Laweyan

Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, kampung Laweyan di desain sebagai sebuah perkampungan batik, bahkan secara resmi telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Solo sebagai salah satu objek wisata belanja yang menjadi salah satu andalan kota Solo. Kawasan terpadu ini memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 Ha yang terdiri dari 3 blok. Konsep pengembangan terpadu dimaksudkan untuk memunculkan nuansa batik dominan yang secara langsung akan mengantarkan para pengunjung pada keindahan seni batik.

Sebagai bukti keseriusan pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kota Surakarta untuk mengembangkan kawasan batik di Solo, Pemkot melalui Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Disparbud) secara rutin menggelar Festival Batik. Dan untuk tahun ini Solo Internasional Batik Festival akan diselenggarakan pada bulan Juli 2007.

Diantara ratusan motif batik yang dapat ditemukan di kampung batik Laweyan, jarik dengan motif Tirto Tejo dan Truntun merupakan ciri khas utama batik Laweyan. Spray dan garmen dengan motif warna abstrak adalah seni batik pendukung yang melengkapi koleksi batik Laweyan. Kampung batik Laweyan juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memberikan pendidikan dan pelatihan untuk belajar membatik tanpa batasan jumlah orang yang belajar dan asih bersifat sosial.

Pengelolaan kampung batik Laweyan diorientasikan untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep rumahku adalah galeriku. Artinya rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi. Tentu ini akan memberikan pengalaman belanja lain dari biasanya.

Disepanjang jalan perkampungan ini kita dapat menemukan sedikitnya 20 showroom/galeri batik. Beberapa galeri yang dapat kita temukan diantaranya Batik Puspa Kencana, Morin Modiste, Nesa Noer, Cempaka, Gunawan Design, Gres Tenan, Molino, Chusnul Khotimah, Tjahaya Baru, Nugroho, Santika, Sidoluhur, Adityan, Merak Ati, Jjokro Sumanto, Gentong Ayu, Putra Laweyan, Luar Biasa, Merak Manis dan Cahaya Putra.

Di perkampungan ini kita juga dapat menjumpai beberapa situs sejarah masa lalu diantaranya makam Kyai Ageng Anis (tokoh yang menurunkan raja-raja Mataram), bekas rumah Kyai Ageng Anis dan Sutowijoyo (Panembahan Senopati), bekas pasar Laweyan, bekas Bandar Kabanaran, makam Jayengrana (Prajurit Untung Suropati), Langgar Merdeka, Langgar Makmoer dan rumah H. Samanhudi pendiri Serikat Dagang Islam. Keberadaan situs ini semakin menambah kekentalan nuansa sejarah kejayaan masa lalu.

Laweyan juga terkenal dengan bentuk bangunan khususnya arsitektur rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur tradisional Jawa, Eropa, cina dan Islam. Maka tak salah jika kampung Laweyan pada masa lalu mendapatkan julukan sebagai ”Kampung Juragan Batik”. Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau “beteng” yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit spesifik seperti kawasan Town Space. Kelengkapan khasanah seni dan budaya Kampung Batik Laweyan tersebut menjadi sebab tingginya frekuensi kunjungan wisatawan dari dinas dan institusi pendidikan, swasta, mancanegara.

  1. Reny says

    Memang kota solo sangat di kenal karena batiknya, saya ingat kemarin waktu di brussel ngorol batik dengan teman saya, “solo ” ujarnya dengan logat flammish, viva solo

    1. Dimas Suyatno says

      Iya mas .. Solo, Pekalongan, Jogja memang kuat dengan identitas batik. Salam

  2. afrizal says

    maaf..ada lowongan kerja apa tidak,kalau btuh hub.no ini 085728089035

Leave A Reply

Your email address will not be published.