Karena Berbagi Tak Pernah Rugi

Fam Trip Fave Hotel Solo, Menjelajah Eksotika Soloraya

8 918

Minggu lalu saya mendapat kesempatan khusus untuk mengikuti fam trip yang diadakan oleh Fave Hotel Solo bersama travel agen berbagai daerah. Fam trip berlangsung selama 3 hari, hari pertama kami diperkenalkan dengan menu dan masakan dari Fave Hotel Solo Baru, Tak tanggung-tanggung, Fave menampilkan chef terbaiknya yang menjadi juara 2 lomba chef se-Indonesia.

Seusai makan malam dan ramah tamah peserta beristirahat di Fave Hotel Solo Baru. Hotel ini berada dilokasi yang sangat strategis : dekat dengan komplek mall dan pusat belanja di Solo Baru serta dengan dengan wisata air Pandawa Water World.

Fave hotel Solo Baru
Fave hotel Solo Baru

Hotel ini dirancang dengan unik dan nyaman. Ruangannya memiliki tempat tidur double atau twin dengan selimut yang nyaman dan 100% seprai katun. Semua kamar ekonomis ini dilengkapi dengan LCD TV, AC individu, kamar mandi dengan shower berdiri serta Wi-Fi. Setiap kamar menggunakan kunci berupa kartu yang mudah digunakan untuk lebih menjamin keamanan dan ketenangan kita. Dari kamar anda bisa menikmati pemandangan kawasan Solo Baru dan kota Solo.

Pemandangan gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing dikejauhan dari pintu masuk candi Cetho
Pemandangan gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing dikejauhan dari pintu masuk candi Cetho

Hari berikutnya peserta fam trip mengunjungi Candi Cetho di Jenawi, Karanganyar dan yang istimewa peserta disambut langsung oleh Bupati Karanganyar, Bp. Yuliatmono beserta wakil bupati Rohadi Widodo dan jajaran. Kami sama sekali tidak menyangka mendapat sambutan hangat dari pemerintah daerah Karanganyar. Terlihat pemerintah serius untuk “menjual” wisata Karanganyar. Selama kurang lebih setengah jam kami mendapat kesempatan untuk mendengarkan paparan dari Bapak Bupati serta bertanya jawab seputar wisata di Karanganyar.

view candi Cetho
view candi Cetho
Peserta Tripfarm Fave hotel Solo mendengarkan penjelasan dari
Peserta fam trip Fave hotel Solo mendengarkan penjelasan dari Harsono Wiyono, pengelola candi Cetho
Sesaji di Puri Saraswati. Disini orang juga mempercayai dengan bahwa melempar koin ke kolam yang ada di bawah Puri Saraswati kita akan mendapat kelancaran rejeki.
Sesaji di Puri Saraswati. – Disini orang mempercayai dengan bahwa melempar koin ke kolam yang ada di bawah Puri Saraswati kita akan mendapat kelancaran rejeki.

Kami juga mendapat kesempatan untuk mengekplorasi lebih dalam candi Cetho. Kami ditemani oleh Harsono Wiyono yang menjelaskan sejarah, fungsi berbagai tingkatan candi hingga kondisi terkini seperti pemugaran, jumlah kunjungan dan lain-lain.

Candi Cetho merupakan warisan kerajaan Majapahit, merupakan candi Hindu terakhir di pulau Jawa. Lokasinya yang berada 1.400 mdpl menawarkan view menawan serta kesegaran udara yang tiada duanya.

Selesai dari candi Cetho kami turun untuk makan siang di Kemuning Resto yang lokasinya berada di area perkebunan teh Kemuning. Suasana segar perkebunan teh membuat kami betah berlama-lama disini.

Kemuning Resto, tempat makan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain serta menawarkan view gunung Lawu dan pemandangan kebun teh.
Kemuning Resto, tempat makan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain serta menawarkan view gunung Lawu dan pemandangan kebun teh.

Sore harinya rombongan fam trip Fave Hotel Solo menuju museum paling dikenal di Indonesia, apalagi kalau bukan museum Sangiran.  Siapapun pasti tahu dengan Sangiran karena museum ini masuk dalam materi pelajaran sekolah.

Museum Manusia Purba Sangiran menyimpan ribuan koleksi peninggalan purbakala. Sangiran sendiri menurut para peneliti sebagian besar terbentuk dari lapisan pasir vulkanik yang dahulu diendapkan lewat jalur sungai sesaat setelah dimuntahkan oleh letusan gunung berapi. Dalam buku Sangiran Menjawab Dunia karya Harry Widianto dan Truman Simanjuntak disebutkan bahwa lapisan pasir vulkanik ini sangat tebal mendominasi situs, yang berada di beberapa tempat seperti Pucung dan Brangkal, mencapai ketebalan kurang lebih 40 meter. Endapat tersebut antara lain berasal dari Gunung Lawu purba yang berada di timur situs Sangran pada sekitar 0,7 gingga 0,2 juta tahun yang lalu. (Lebih lengkap tentang Sangiran akan saya tulis di artikel berbeda).

Museum Purbakala Sangiran
Museum Purbakala Sangiran
Kapak Perimbas, salah satu dari ribuan koleksi lainnya
Kapak Perimbas, salah satu dari ribuan koleksi lainnya

Selesai dari Sangiran peserta fam trip kembali ke Solo, beristirahat di Fave Hotel Adi Sucipto. Malamnya peserta diajak menikmati santap malam dengan suasana dan menu khas desa di  Padepokan Lemah Putih, Plesungan. Disini peserta disuguhi dengan musik yang tidak biasa … yakni musik lesung dan tarian loro Blonyo. Tidak sebatas itu, peserta diajak berinteraksi dengan ikut menari dan memukul lesung.

Beristirahat di Fave hotel Adi Sucipto
Beristirahat di Fave hotel Adi Sucipto

Peserta juga berkesempatan menyaksikan pembuatan keris dari empu Daliman Puspo Budoyo. Peserta larut dalam kemeriahan “pesta” ala pedesaan. Asyiknya menikmati sajian tarian dan musik lesung hingga tak terasa semakin larut malam. Pukul 23.00 WIB, “pesta” diakhiri dengan tembang “kemesraan”, dengan diiringi musik lesung tentunya. Sampai di hotel peserta diberi waktu beristirahat hingga pukul 08.00 WIB hari berikutnya.

DSC_1108
Proses pembuatan keris di Padepokan Lemah Putih
DSC_1144
Peserta diajak menari bersama penari Loro Bronyo
Belajar memainkan musik lesung
Belajar memainkan musik lesung

Tidur ditempat nyaman senyaman Fave hotel ini memang melenakan. Meski sebelumnya diwanti-wanti untuk berkumpul pukul 08.00 pagi, nyatanya baru segelintir peserta yang selesai berkemas. Trip pun mundur pukul 09.00 WIB.

Trip hari terakhir cukup deket tidak seperti hari sebelumnya. Peserta diajak mengunjungi musem Batik terlengkap : Museum Batik Danar Hadi. Lokasinya strategis, berada di pusat kota; sebelah timur bon Rojo (sekarang taman Sriwedari).

Di museum ini sudah menunggu Bp. Rony yang menemani kami hingga siang berkeliling ke museum yang memiliki 600 helai batik kuno hingga kontemporer ini. Setiap batik dan coraknya memiliki kisah dan makna yang beragam. Batik juga dapat memberikan tanda untuk mempelajari mata pencaharian masyarakat penggunanya. Ada juga motif-motif unik yang merupakan hasil perpaduan cerita dongeng asing dengan batik.

Membatik
Membatik
Belajar membatik
Belajar membatik
Koleksi Batik di Museum Batik Danarhadi
Koleksi Batik di Museum Batik Danarhadi

Peserta juga bisa menyaksikan secara langsung proses pembuatan batik tulis. Bahkan kami mendapat kesempatan juga untuk memcoba membatik. Setengah jam kita belajar membatik dengan hasil yang berbeda : ada yang ala kadarnya, ada yang istimewa dan ada pula yang ada-ada saja alias gagal total tak membentuk motif apapun 🙂

Terakhir kami dijamu makan siang di Soga Resto, restauran dengan konsep keraton dengan menu priyayi Solo. Letaknya masih di dalam kompleks museum batik Danarhadi.

Oya sebelum sayonara, kami mampir beli oleh-oleh di Era Jaya. Lokasinya di Kalilarangan, utara Pasar Singosaren. Disini oleh-oleh khas Solo komplit, bahkan anda juga bisa berbelanja oleh-oleh nusantara dari Jogja, Malang dan daerah lainnya. Trip pun berakhir disini, kami kembali ke kota masing-masing dengan kenangan yang tiada tara, kenangan saat farm trip dan saat menginap di Fave hotel.

Sampai jumpa di catatan perjalanan berikutnya!

 

  1. Happy Fibi says

    Seru nih fam tripnya, mas. Baru tahu tentang musik lesung, itu seperti akustik gitu ya -__-“?
    Rekomendasi hotel kalau mau ke Solo nih.

    1. Dimas Suyatno says

      bunyinya dari beberapa lesung gitu. Meski cuma dari lesung namun bisa menghasilkan irama yang menarik.

  2. Hastira says

    wah asyik dan serunya

    1. Dimas Suyatno says

      Yess

  3. D Sukmana Adi says

    wah ternyata cah Fave :))

    1. Dimas Suyatno says

      Aku cah Solo

  4. Astutiana says

    Terwakili rasa rindu saya dgn candi cheto

    1. Dimas Suyatno says

      He..he…

Leave A Reply

Your email address will not be published.